Desa Tejakula terletak di ujung timur kabupaten Buleleng dan berada di wilayah Bali Utara, merupakan salah satu desa berkembangnya pusat kesenian dengan gayanya yang sangat khas. Sejak abad ke 8, kegiatan seni tidak pernah berhenti seperti kesenian tari Baris, Rejang, Wayang Wong, Wayang Kulit, Kekawin dan lain-lain. Demikian pula keberadaan seni hiburan seperti kesenian Parwa, Arja, Topeng, Gong Kebyar, Angklung, Kecak, Joged, dan kesenian hiburan lainnya.
Selain itu, ada juga seni rupa, lukis, patung, kerajinan kayu, perak serta emas. Slogan atau motto para tetua desa Tejakula adalah Bina Kula Tunggal Kapti yang artinya berbeda wangsa atau etnis, tapi satu tujuan.
Kesenian tradisional tari wayang wong desa Tejakula
Menurut salah satu koran harian yang terbit di Bali, pada tahun 2011 Wayang Wong Tejakula pernah mendapatkan perhatian dari perwakilan 56 negara yang tergabung dalam International Mask Arts And Culture Organization [ IMACO ]. Du-Hyun Kwon dan Hwang Zoo Hwa, dua dari sekian banyak tokoh penting dari Korea yang menjadi penggagas festival topeng internasional itu, pernah datang ke Buleleng menjadi tuan rumah festival bertaraf dunia.
Warga desa Tejakula Mengempon atau mengusung sekitar 180 Tapel { topeng } yang sangat sakral dan Distanakan di pura Maksan. Topeng dari tokoh pihak Rama terdapat Laksamana, Wibisana, Sugriwa, Subali, Anggada, Susena, Nila, Nala, Gawa, Gawaksa. Tentu saja juga dua punakawan, Tualen dan Wana { Di Bali selatan disebut Merdah } Di pihak Rahwana terdapat Kumbakarna, Prasta, Akempana, Meganada, Surpenaka, Pregasa dan lain-lain dengan punakawan Delem dan Sangut. Juga terdapat topeng babi, gajah, dan topeng hewan lain termasuk topeng kera.
Diantara topeng itu juga terdapat Tapel Rangda dengan bentuk yang agak berbeda dengan Bali selatan. Jika di Bali selatan, Rangda memiliki empat taring dibagian atas dan bawah. Rangda di Tejakula memiliki dua taring dibagian bawah saja. Rangda biasanya dipentaskan dalam tarian Wayang Wong ketika memainkan lakon " Katundung Anggada" atau Anggada diusir. Dimana Anggada sempat bertemu Durga. Dan Durga itu yang menggunakan Tapel Rangda.
Gaya dan gerakan penari Wayang Wong tejakula sangat berbeda dengan Wayang Wong di kabupaten lain. Misalnya tokoh kera saat bergerak biasa menggunakan langkah Nyigcig atau menjijit.
Wayang Wong juga sering dipentaskan setiap ada pentas seni di Tejakula, pada acara PKB atau pesta kesenian Bali yang digelar di Art Centre, juga pernah pentas di luar negeri maupun di dalam negeri. Sebenarnya di Tejakula ada dua jenis Wayang Wong yaitu Wayang Wong sakral dan Wayang Wong seremonial. Wayang Wong sakral tidak boleh dipentaskan di luar negeri atau di luar ritual keagamaan apalagi dengan sistem mendapatkan uang. Wayang Wong sakral hanya digelar setiap ada ritual keagamaan di pura khususnya Tejakula. Sementara Wayang Wong seremonial diperbolehkan pentas di luar ritual keagamaan. Dan memakai topeng atau Tapel yang khusus dipergunakan untuk pentas di luar ritual keagamaan. Bukan memakai topeng atau Tapel dari pura.