Upacara Ngambeg merupakan upacara khas yang dimiliki oleh desa adat Tejakula. Mungkin di desa lain ada ritual seperti itu, hanya saja nama ritualnya berbeda. Karena setiap desa memilki adat yang berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Upacara Ngambeg biasanya digelar apabila setelah selesai pembuatan candi di suatu pura. Hari yang sangat baik untuk melaksanakan ritual Ngambeg adalah pada saat purnama. Ritual Ngambeg adalah ritual yang mempersembahkan Caru berupa kepala kerbau disertai dengan mempersembahkan tarian sakral berupa tarian Wayang Wong khas desa adat Tejakula.
Sejarah Pura Dalem Kangin Di Tejakula.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada jaman dahulu, pura Dalem Kangin Tejakula diusung oleh Wangsa Lengkayan yang tinggal di Tejakula. Bahkan bekas Setra atau kuburan milik Wangsa Lengkayan hingga kini masih ada yaitu terletak di bukit Petak antara perbatasan Tejakula dengan Subaya. Dikisahkan pada jaman dahulu, ada sebuah bencana alam di Tejakula yang sangat dahsyat. Semua Wangsa Lengkayan lari untuk menyelamatkan dirinya dari bencana alam tersebut. Ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Wangsa Lengkayan lari ke desa Kutuh-Madenan. Makanya hubungan di bidang ritual antara Tejakula dengan Kutuh-Madenan hingga kini masih terjalin dengan erat. Makanya ada istilah Ngoles yang artinya penari Wayang Wong diundang menari di Kutuh-Madenan pada saat ada ritual keagamaan disana. Atau juga sebaliknya, ada istilah Kerauhan atau warga Kutuh-Madenan melakukan ritual persembahyangan ke Tejakula
Pura Dalem Kangin Tejakula diceritakan tidak ada Pengempon-nya atau pengusungnya karena Wangsa Lengkayan lari ke Kutuh-Madenan untuk menghindari bencana alam. Menurut Awig atau peraturan desa Tejakula, jika ada pura Dangka atau pura lain yang sama sekali tidak ada pengusungnya atau karena pengusungnya tidak kuat dalam masalah biaya ritual keagamaan, maka pura tersebut akan menjadi tanggungan desa adat Tejakula.
Makanya pura Dalem Kangin Tejakula direnovasi oleh desa adat Tejakula dilengkapi dengan biaya upacara pembersihan pura atau ritual Pemlaspasan. Karena baru-baru sekarang ada sebagian orang yang mau sembahyang ke pura tersebut misalnya pada hari-hari tertentu. Biasanya aktifitas di pura tersebut sudah lama vakum.